Luno

berdiri dan terus melangkah tanpa lelah...

Kamis, 24 April 2014

Tanpa Alur

Dialah jiwa tak bernama. yang pupus dalam pengembaraannya
Yang selalu sama dan menjadi sama
Tak pernah ingin berbeda meski dunia telah berputar meninggalkannya
Dialah waktu yang mulai menua. menyeret jiwa dan segenap rasa di hatinya menuju serambi keputusasaan
Ini dunia yang terasa mulai memahami. Membuka mataku, melengkapi susuran jurang kematian. keabadian.
Adakah sebuah makna yang terus paham...
Tentang hati yang kian statis
akan harapan yang miris, menipis
namun dengan pasti meninggalkannya dalam satu lubang
yang kelu namun setia
yang semu namun mengharu biru
yang meracuni namun mencandu
yang bisu dan membusuk
Di sini nurani berdiam karena ia tak mampu beranjak
Dan bila tangan-tangan waktu murah untuk beranjak
Dan bila Tangan-tangan waktu murah untuk menyapa
Bawalah di untuk selalu bersamamu
Agar yang tua tak selalu buruk, dan yang statis tak selamanya membunuh.
Menutupnya melalui satu cerita yang setia
Membungkusnya dengan pita kecil dan cinta yang tak kerdil
Merangkumnya menjadi indah...
Maka letakkan disitu
Di tengah cahaya yang akan menjaganya tetap utuh
Dan bukan oleh tangan yang kerap bergetar oleh ragu
Bukan dengan tatapan mata yang kian meredup karena takut
Tapi oleh kebesaran yang enjadikannya besar
Juga oleh ekuatan yang selalu membuatnya terasa baru

Biarlah cinta, karena ia ada oleh dedikasi untuk cinta, dan kuatasnamakan cinta agar ia menjadi cinta sebenar-benarnya cinta.

-Panggil Aku Sydney-