Luno

berdiri dan terus melangkah tanpa lelah...

Kamis, 11 September 2014

Lea



(Bagian 1: Hai)
“Hai...”
Sebenarnya tiga huruf ini yang akan aku kirimkan kepadamu melalui pesan lewat handphone bututku. Lagi-lagi ku urungkan niatku. Sesekali aku berharap semoga kau mendengarkan bisikanku dalam sebuah do’a. Aku memaklumi saat itu dirimu memang jauh dariku dikarenakan jarak. Dalam jarak itupun aku tak banyak berharap. apa indahnya setelah aku mengirim satu kata “Hai..” kepadamu?.

Ada yang mencintaiku tanpa alasan” ujar seorang perempuan yang tengah duduk di sampingku. Aku memilih untuk diam. Sudah tiga jam aku duduk bersamanya di sebuah taman yang tidak begitu ramai. Di sekitar yang nampak hanya beberapa orang lewat, kupu-kupu yang beterbangan, dan bunga mawar yang menghiasi sudut taman. Aku terbangun, sadar, Ternyata aku bermimpi.

Namanya Lea, dia seorang perempuan yang tegar. Aku berteman sudah empat tahun lamanya. Dalam kesehariannya ia suka membaca dan menulis. Aku pernah bertanya mengapa ia suka membaca, namun ia menjawabnya begini “karena aku bodoh.” Aku tersenyum mendengarnya. Lalu suatu hari aku bertanya dengan pertanyaan yang lain. mengapa ia suka menulis, dan lagi-lagi ia menjawabnya “karena aku bodoh.” Aku tidak ingin bertanya mengapa ia menjawabnya seperti itu, sebab jika aku banyak bertanya, ia akan pergi meninggalkanku seketika tanpa pamit.

Namaku Fahdi, aku seorang laki-laki yang tidak begitu suka dengan manis. Terutama manis dalam berkata-kata seperti Lea, Akan tetapi aku menyukai tulisannya sejak pertama kali duduk di bangku sekolah menengah atas lanjut smpai di perguruan tinggi. Setelah itu Lea menghilang tanpa kabar, dan yang tersisa hanya tulisan-tulisannya yang sering muncul di media massa. Puisi. Itu sebabnya mengapa disaat aku mulai menyukai manis, Lea tiba-tiba menghilang seperti ditelan bumi.

Aku sudah bersusah payah mencari keberadaannya, Namun hasilnya nihil. Seseorang pernah memberitahuku bahwa Lea kini sudah tidak lagi menginjakkan kakinya di kampus. Ada yang bilang putus kuliah, ada yang bilang sekarang bekerja di sebuah perusahaan, ada yang bilang pergi ke luar negeri. Aku hanya berharap semoga aku dipertemukan dengan Lea di sebuah taman saat pertama kali kita bertemu.

Bersambung...

Senin, 01 September 2014

Paseduluran (Persaudaraan)

secara tinggi dalamnya lautan jauh lebih rendah daripada tingginya langit,
secara cahaya puncak malam lebih tak mempunyainya daripada terik siang,
secara luas sumurku tak ada apa-apanya dibandingkan membentangnya samudera,
sejak kapan itu menjadi ukuran?

yang tampak mata tak selalu bisa diraih,
yang tersembunyi di belakang kepala malah mudah untuk dipilih
yang bersuara keras kadang menggetarkan jiwa,
tapi justru yang lirih yang mampu menusuk sukma
mulut bersuara mampu mengatakan ribuan kata,
tapi justru diam yang mengandung sejuta makna
sejak kapan itu jadi perbandingan?

aku tak lebih tak kurang dari kamu
kamu tak lebih tak kurang dari dia
dan dia tak lebih tak kurang dari kita
sejak kapan lebih dan kurang menjadi perbincangan?

ke-Tanpa-an yang menumbuhkan ke-Ada-an
seperti kelebihan yang menumbuhkan kekurangan
tepi menumbuhkan batasan
seperti waktu yang melahirkan ruangan

dan aku adalah aku
kamu adalah kamu
aku adalah kamu, dan kamu adalah aku
maka hanyalah ada kita.

ketika ke-tanpa-an ada untuk disyukuri
ketika batasan tak berarti tepi
ketika lahir sebuah kebersamaan

maka...
Paseduluran ini adalah tanpa tepi.

-Sabrang Mowo Damar Panuluh- Noe Letto