Luno

berdiri dan terus melangkah tanpa lelah...

Senin, 06 Oktober 2014

Tentang Hati



Aku tidak menginginkan ini terjadi, namun hati selalu tahu di mana ia mulai berlabuh, berhenti, dan menempatkannya di tempat yang tepat

          Paulo Coelho dalam novelnya yang berjudul By The River Piedra I Sat Down and Wept menceritakan tentang seorang gadis yang tengah bergejolak dengan perasaannya sendiri. Bayangan masa lalu bersama seorang laki-laki yang dicintainya selalu datang menghampiri, bertahun-tahun keduanya tidak pernah bertemu, hingga suatu hari mereka dipertemukan disebuah acara. Dan ada apa yang terjadi dengan mereka?. Tentu ada beberapa hal yang menurutku sangat menarik dicerita itu. namun bagaimanapun aku beranggapan benar yang ditulis Paulo bahwa; Cinta adalah perangkap. Ketika ia muncul, kita hanya melihat cahayanya, bukan sisi gelapnya.

            Karya Mustafa Lutfi Al Manfaluthi tidak kalah menarik, dalam novelnya yang berjudul Sang Penyair membuatku tersenyum sendiri ketika membacanya. Seorang laki-laki yang mencintai gadis cantik secara diam-diam. Bahkan ia menaruhkan nyawanya dan berada di dalam kepura-puraan. “bila cinta hanya diukur dan dilihat dari segi fisik, dari segi materi, maka betapa banyak korban-korban cinta. Betapa bumi akan dipenuhi dengan air mata kesedihan dan penyesalan. Betapa banyak pena yang diperlukan untuk menulis ratapan sedih maupun kutukan. Dan betapa banyak jiwa-jiwa yang merana,” begitulah kalimat-kalimat yang dikatakan Mustafa di dalam sinopsisnya.

            Kali ini entah aku sebagai manusia dengan berjenis perempuan terkadang enggan menulis tentang isi perasaanku sendiri, terlebih masuk dalam persoalan cinta. Bagiku cinta tidak pernah salah. Ada kombinasi antara perasaan dengan lawan jenis yang menurutku memang sulit diartikan. Bahkan acap kali keraguan selalu datang tak terduga.

            Hidup selalu penuh dengan kejutan. Ada beberapa orang yang beranggapan ketika sudah memasuki ranah sekeliling laki-laki dan perempuan, maka orang akan berucap bahwa dalam seketika kata cinta itu akan keluar dengan sendirinya. “itu siapa?, kekasihmu kah?.” Ini contoh kecilnya saja.

            “Aku pernah jatuh cinta, aku berhasil menyimpannya dengan baik. Namun aku gagal mempertahankannya” lebih tepatnya seperti itu. ada saatnya manusia mampu berpikir jenih, atau justru sebaliknya. Tingkatan emosi yang terkadang meledak-ledak, atau justru sebaliknya lagi. Dari semua kegagalan itu, sebagai manusia hanya bisa mempelajari semua yang bisa dipelajari, selebihnya menghadapi.

            Di dunia ini yang paling indah adalah menyimpan. Sebab dengan menyimpannya, orang tidak akan tahu sampai benar-benar menemukannya. Dengan menyimpan, kita bisa lebih sering berdoa dengan harapan-harapan yang baik kepada Dia Yang Maha Indah. Kepada jarak dan kepada waktu kita akan mendapatkan jawaban. Apapun jawabannya, yang terpahit akan dirasakan manis jika mengikhlaskannya, dan yang termanis akan dirasakan manis jika selalu mensyukurinya. Namun, bagaimana jika yang termanis berubah menjadi pahit?. Jawabannya masih ada sabar dan tenang.

            Meninggalkan orang yang kita sayangi bukan perkara mudah, dan mencintai orang yang kita cintai bukan suatu perkara. Namun bagaimana jika orang yang kita cintai dengan terpaksa kita tinggalkan dengan tiba-tiba?. Ada di mana seorang perempuan sepertiku tidak melulu menggunakan perasaannya, namun bagaimana menggunakan logika. Memilih untuk pergi sejauh mungkin tanpa mempedulikan perasaannya, karena akan lebih baik mengalah ketimbang mempertahankannya dengan penuh keragu-raguan, mencoba untuk diam ketika dirasa tidak penting, dan mendoakannya dengan kebaikan-kebaikan.

            Penasaran yang paling terindah di dalam hidup ini adalah ketika mampu memikirkan kapan kematian akan datang, seberapa rezeki kedepannya yang akan di dapat, di manakah kita akan bertemu dengan jodoh kita, dan takdir. Di saat itulah sebagai manusia hanya mampu berikhtiar, berusaha dan berdo’a. 

            Kesendirian memang tidak pernah terlepas dari kesepian. Manusia diciptakan untuk kembali diposisi yang sepi lagi sunyi. Selanjutnya masih ada kehidupannya lain yang akan menunggu. Ketika sudah melewati fase dewasa, manusia akan menyisihkan segala sesuatu yang bersikap kekanak-kanakan. Hingga suatu hari saat umur semakin bertambah, kulit semakin berkeriput, penglihatan mata semakin buyar, maka saat itulah dikemudian hari akan kembali menjadi anak-anak.

            Tentang hati, kita tidak bisa menebak dengan seenaknya. Tentang sebuah harapan, kita hanya bisa berharap kepadaNya, dengan cinta biarkan hanya aku dan Tuhan yang tahu. Lalu biarkan aku menyimpannya dan mengatakannya "iya" di waktu yang tepat.
           
Djogja, 7 Oktober 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar