"...Aku teringat
detik-detik yang kugenggam. Hangat senyumnya, napasnya, tubuhnya, dan
hujan ini mengguyur semua hangat itu, menghanyutkannya bersama air
sungai, bermuara entah ke mana. Hujan mendobrak paksa genggamanku dan
merampas milikku yang paling berharga. Hujan bahkan membasuh air mata
yang belum ada. Membuatku seolah-olah menangis. Aku tidak ingin
menangis. Aku hanya ingin ia pulang. Cepat pulang. Jangan pergi lagi."
Kemarin, kulihat awan membentuk wajahmu
Kemarin, kulihat awan membentuk wajahmu
Desau angin meniupkan namamu
Tubuhku terpaku semalam,
bulan sabit melengkungkan senyummu
Tabur bintang serupa kilau auramu
Aku pun sadari ku segera berlari
Cepat pulang, cepat kembali
Cepat pulang, cepat kembali
Jangan pergi lagi
Firasatku ingin kau tuk cepat pulang, cepat kembali jangan pergi lagi
Akhirnya, bagai sungai yang mendamba samudera,
Akhirnya, bagai sungai yang mendamba samudera,
Ku tahu pasti ke mana kan ku bermuara
Semoga ada waktu Sayangku,
ku percaya alam pun berbahasa, Ada makna di balik semua pertanda
Firasat ini...Rasa rindukah ataukah tanda bahaya?Aku tak peduli ku terus berlari
Cepat pulang, cepat kembali jangan pergi lagi
Cepat pulang, cepat kembali jangan pergi lagi
Firasatku ingin kau tuk cepat pulang, cepat kembali jangan pergi lagi
Dan lihatlah, Sayang... Hujan turun membasahi seolah ku berair mata
Cepat pulang, cepat kembali jangan pergi lagi
Dan lihatlah, Sayang... Hujan turun membasahi seolah ku berair mata
Cepat pulang, cepat kembali jangan pergi lagi
Firasatku ingin kau tuk cepat pulang, cepat kembali jangan pergi lagi
Aku pun sadari kau tak kan kembali lagi
Aku pun sadari kau tak kan kembali lagi
-Marcell-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar