Dear
Skoli....
Sengaja
kutuliskan surat ini kepadamu, supaya kau tahu bahwa kau selalu menguatkan dan
bahkan aku tidak getir melewati kisah perjalanan dalam hidupku bersamamu. Oh
ya, apa kabar kau Skoli?. Aku tahu pasti kau sangat berbahagia, buktinya senyummu
selalu menghiasi warna-warni dalam kesibukanku. Namun jika kita berpikir,
senyum itu tak selalu indah untuk kita tujukan kepada orang lain ya, barangkali
mereka memaknai senyum itu seperti kita sedang bertemu dengan kebahagiaan, padahal
belum tentu.
namun dalam hidup, Tuhan selalu memberikan keindahan-keindahan yang mana
manusia tidak merasakannya. Bahkan manusia sendiri yang membuatnya dirinya menjadi
rumit?, bukankah manusia sendiri yang membuat dirinya sendiri menjadi sedih dan
senang?. Aku berbicara seperti ini karena aku yang merasakannya seperti itu,
ah... betapa menyesalnya setelah aku mengerti, Skoli.
Bagiku
Skoli, dengan adanya kau di dalam lembaran hidupku ini, kau lah yang membuatku
selalu tegar. Karena itu Tuhan memilihku. Skoli, detk-detik ini aku selalu
semangat menjalani hidup. Aku bisa beraktifitas sebagaimana mestinya, bahkan
aku selalu lupa dengan keberadaanmu. Tapi tenang saja Skoli, aku akan selalu
berusaha membuatmu kembali pada semula. Kalau sudah total 100 % kau divonis sembuh,
seketika kita akan bersujud KepadaNya dan pergi ke suatu tempat. Pelan-pelan
kita akan melakukan sesuatu hal yang simple dan sederhana untuk orang lain
Skoli.
Aku
hanya berkeinginan setelah ini selesai, aku akan menjadi lebih memperhatikan
diriku sendiri, Skoli. Betapa sangat mahalnya kesehatan itu, apalagi sakit.
Kira-kira orang yang sehat ingat sakit ngga’ ya?, atau bahkan mengingat mati?.
Setahuku Skoli, betapa bahagianya Sehat setelah sakit. Apalagi tidak pernah
tidak bersujud kepadaNya. Semoga aku selalu diberi kuat denganmu ya Skoli. Kita
jalani hidup ini dengan sederhana dan selalu mengingatNya. Amien...
Yang
Mencintaimu, Skolioser
Sekoli 300.000 #harga pasir
BalasHapushahaha. ccapek deh,
BalasHapus